Tittle: House of Beast
Author: dongwoonsbride
Published: Dec 7th, 2015
Genre: romance, violence, thriller
Cast: Juhyung, Shinhye, Beast
Shinhye mempoutkan kedua bibirnya sembari memandangi genangan air di depannya. Sejak pagi tadi hujan tak kunjung berhenti. Meskipun tidak deras, tapi hujan ini bisa membuat sehari penuh di sekolah menjadi kelabu. Shinhye hanya ingin segera pulang, mandi air hangat, lalu tidur. Tapi kekasihnya belum juga datang menjemputnya. Shinhye ingin menangis kesal, tapi dia gengsi jika Junhyung, kekasihnya, tau kalau dia menangis, pasti Junhyung akan semakin meledeknya.
Tidak terlalu sering Junhyung menjemput Shinhye dari sekolahnya. Junhyung sangat sibuk, pekerjaannya sebagai fashion stylist sebuah manajemen artis mengharuskan ia selalu kesana kemari sesuai di mana artisnya tampil. Bahkan tidak jarang Junhyung harus meninggalkan Seoul selama berhari hari. Tapi siang ini berbeda, hujan pertama di musim gugur, jadi Junhyung bilang dia ingin menghabiskan waktunya bersama Shinhye. Namun seiring dia menunggu dan mengamati bumi di sekitarnya, dia berencana akan merengek saja pada Junhyung nanti untuk membatalkannya. Hari ini terlalu gloomy untuk bermain di luar.
Shinhye adalah siswa tingkat akhir sekolah tinggi seni pertunjukan. Dia juga seorang model. Shinhye bertemu Junhyung di sebuah pemotretan majalah dua tahun yang lalu. Beberapa minggu setelahnya, Junhyung mengajaknya pacaran. Tentu saja Shinhye menerimanya. Siapa yang bisa menolaknya. Junhyung sangat tampan dan juga kaya. Apartemennya bagus dan semua barangnya bermerk, bahkan anjing peliharaannya pun ras terpilih. Kadang Shinhye heran kenapa Junhyung tidak jadi anggota boyband saja, Beast misalnya, toh suaranya tidak buruk. Tapi memang passion Junhyung adalah di fashion, jadi dia memilih menjadi fashion stylist bagi Beast, walaupun manajemen Beast pernah menawarinya menjadi rapper untuk boyband itu.
'Saas saas', sebuah mobil SUV hitam mendekat dan berhenti di depan Shinhye. Shinhye bersungut, segera membuka pintu jok depan dan masuk ke dalamnya tanpa sempat si pengemudi turun membukakan pintu untuknya. Junhyung yang ada di bangku kemudi hanya tersenyum, dia tau pacarnya ngambek karena terlalu lama menunggu. Tanpa interaksi apapun antara keduanya, mobil itu melaju, melalui tol demi tol di Seoul, lalu berbelok di jalan yang lebih kecil di suatu desa.
"Kita mau kemana..?", Shinhye akhirnya buka suara. Dia sedikit panik, jalanan yang mereka lalui mulai sepi. Hanya ada beberapa rumah, dan ladang ladang yang luas.
"Kan aku sudah bilang, aku ingin menghabiskan waktu bersamamu. Sebelum daun memerah dan gugur, sebelum salju turun. Aku ingin mengajakmu ke hutan. Ada hutan bagus di dekat sini, dekat sekolah dasarkku dulu..", Junhyung sangat bersemangat merinci rencananya.
"Apa?! Hutan?! Kau sudah gila ya?!", Shinhye mendelik, matanya yang lebar semakin lebar lagi, seolah dia itu orang India, bukan Korea.
"Sayang.. Ini hanya hutan kecil di belakang sekolahku dulu.. Tidak lebat, tidak ada binatang buas.. Percayalah, hutan ini cantik. Seperti kamu", Junhyung menggombal, dan mencubit hidung Shinhye agar gombalannya tampak semakin natural.
Bodoh nya, dengan hanya begitu, Shinhye luluh. Dia diam, dan mukanya bersemu merah. Di benaknya sontak terbayang hutan kecil yang hijau, dengan banyak kupu kupu biru berterbangan. Berkas berkas cahaya matahari sore masuk melalui sela sela dahan pohonnya yang masih basah setelah diguyur hujan. Lalu di tengahnya ada padang rumput kecil di mana Shinhye ingin bermain gelembung sabun di bawah langit sore nya yang persik jingga.
"Sudah sampai", ucap Junhyung membuyarkan lamunan Shinhye.
Shinhye bergidik, mereka berhenti di depan bangunan tua sebuah sekolah yang terbengkalai. Junhyung mengajak Shinhye keluar menyusulnya, digenggamnya tangan Shinhye dan dituntunnya menapaki jalan kecil di samping bangunan itu. Shinhye tampak ragu, namun Junhyung menarik dan menenangkannya.
"Jangan takut.. Tidak ada apapun di sini.. Yayasan sekolah ku hanya memindahkan gedungnya ke gedung baru yang bergaya lebih modern. Tidak ada pembunuhan, tidak ada cerita horor. Lagipula kan ada aku..", Junhyung menggombal lagi, kali ini diakhiri dengan kecupan di leher Shinhye, agar tampak lebih natural.
Mereka sampai di bekas sebuah kolam renang. Cat dasarnya yang biru mulai terkelupas dan dipenuhi lumut. Beberapa sulur tanan merambat dan rumput liar juga tumbuh di sana. Junhyung melompat turun, lalu menjulurkan tangan pada Shinhye sebagai isyarat agar Shinhye mengikutinya. Lutut Shinhye semakin lemas. Apanya yang bagus, area ini tampak seperti situs perkara pembunuhan bagi Shinhye.
"Shinhye-ah.. Come! Palli!", Junhyung berteriak ceria. Dia tau Shinhye ketakutan, tapi apa yang akan Shinhye liat setelahnya pasti akan membuat Shinhye senang.
Alih alih melompat, Shinhye memilih menuruni tangga renang masuk ke bekas kolam renang itu. Junhyung menuntunnya lagi, mereka menyebrangi kolam renang itu dan naik lagi melalui sisi lainnya. Ada sebuah matras di tengah kolam renang itu, Shinhye memandanginya heran, tapi pikirannya segera teralihkan karena Junhyung mulai berlari kecil masuk ke dalam hutan.
"Lihat..! Bagus kan..!", Junhyung berseru antusias.
Shinhye terperangah, tempat itu persis seperti apa yang ada di dalam benaknya. Hutan kecil yang hijau, dengan banyak kupu kupu biru berterbangan. Berkas berkas cahaya matahari sore masuk melalui sela sela dahan pohonnya yang masih basah setelah diguyur hujan. Lalu di tengahnya ada padang rumput kecil di mana langit sore nya paduan persik dan jingga.
Mereka berhenti di tengah padang rumput kecil itu. Junhyung duduk, lalu menarik Shinhye agar duduk di sampingnya.
"Oppa..ini..cantik sekali..", Shinhye memandangi Junhyung, hampir menangis haru jika saja Junhyung tidak meremas pipinya untuk mencegah genangan air di matanya jatuh.
"666 hari yang lalu aku menyatakan perasaanku padamu. Aku mencintaimu Shinhye. Aku berencana menikahimu tahun depan. Itu pun kalau kamu mau..", Junhyung gugup, dia ucapkan lamarannya tanpa memandang Shinhye.
Shinhye langsung merangkulnya dan menangis sesenggukan. Lalu mereka tertawa. Saling menggelitik, dan bercanda disertai jawaban Shinhye "iya, aku mau" berulang-ulang. Mereka bergulingan di rerumputan, Hingga akhirnya tawa itu memudar, lalu Junhyung membuka pembicaraan lagi.
"Shinhye, kau tau apa yang belum kita punyai selama hampir dua tahun ini?", tanyanya. Mereka tidur telentang di atas rumput, tanpa peduli bajunya sedikit basah. Kepala Shinhye menjadikan lengan kanan Junhyung sebagai bantal. Keduanya menatap lagi.
"Apa itu Oppa?", Shinhye mengalihkan tatapannya pada Junhyung.
Junhyung menoleh, mengamati setiap inchi wajah Shinhye. Itu membuat Shinhye gugup, tidak pernah dia berada sedekat ini dengan Junhyung. Ingin rasanya dia lumat bibir Junhyung yang berbentuk seperti daun waru, tapi tidak mungkin, dia bukan tipe cewek yang agresif.
"Sex. Shinhye, kita belum pernah sekalipun melakukannya", bisik Junhyung.
Shinhye tidak terkejut, dia tau benar apa yang selama ini mereka belum pernah miliki. Shinhye pernah bilang bahwa dia belum pernah melakukannya sekalipun dan akan menyimpannya untuk pria yang tepat. Sekarang di pikiran dan perasaannya, Junhyung lah pria yang tepat itu.
"Oppa, ayo kita lakukan", jawabnya lirih. Libidonya sudah tidak bisa dibendung lagi. Pertahanannya runtuh.
Junhyung melumat bibir Shinhye. Desahan dan erangan Shinhye memenuhi atmosfer itu. Tak peduli langit yang mulai kelabu, keduanya telanjang. Lalu bersetubuh penuh asmara. Shinhye tak lagi suci, rasa perih terkoyaknya selaputnya hanya dia rasakan sepersekian detik, lalu nyaman menjalari tubuhnya. Junhyung sangat perkasa, tapi juga gentle, Shinhye dibuatnya larut dalam lembut dan nikmat yang tiada tara. Setiap dorongannya dirasa Shinhye seperti energi baru, tapi juga energi yang lenyap begitu saja sehingga dia ingin asupan energi itu tidak ada hentinya. Shinhye lemas, tapi dia tidak ingin berhenti, dia ingin Junhyung terus merajai nya.
"Sayang, aku..", ucapan Junhyung terpotong, dia sudah sampai pada nikmatnya.
Mereka berdua mengejang, lalu merasakan hangat bersamaan. Terengah-engah, Shinhye menatap purnama penuh tepat di atas kepalanya.
"Oppa.. Kita bercinta di bawah bulan..", nafasnya masih tersengal.
Belum sempat Shinhye mengambil nafas selanjutnya, sebuah batu menghantam kepalanya. Berkali kali, hingga akhirnya pandangannya meremang. Senyum Junhyung terekam sebagai memori terakhirnya.
"Hyung..!Kau berhasil lagi!", Dongwoon bersorak sambil tepuk tangan keluar dari balik pepohonan, disusul Dujun, Gikwang, Yoseop, lalu Hyunseung, yang semuanya tertawa riang.
"Sudah, cepat kita bawa ke sekolah untuk Master sebelum darahnya membeku", ucap Dujun.
Hyunseung menarik rambut Shinhye yang masih dibasahi darah lalu menyeret mayatnya menuju gedung sekolah tua.
"Satu perawan untuk satu album yang sukses, hyung", Dongwoon menepuk pundak Junhyung.
"Ah,kalian ini..lain kali suruh Gikwang yang melakukannya. Sekarang ini semakin susah menemukan perawan", sungut Junhyung sembari memakai pakaiannya kembali.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar